Atmosfer Quran di Acara World Quran Hour
World Quran Hour adalah sebuah acara yang terinspirasi dari
ruh peristiwa lautan manusia yang berkumpul di Arafah. Mereka datang dari
berbagai penjuru dunia dan berkumpul dengan pakaian ihram putih nan suci untuk mendapatkan
ridha Allah subhanahu wa ta’ala lalu Allah mengagungkan mereka yang
dikehendakiNya di hadapan para malaikat. Allahu Akbar. Dari percikan ruh itulah
World Quran Hour terselenggara untuk pertama kalinya pada tahun 1437H serentak
di berbagai dunia. World Quran Hour bermaksud untuk menjadi pengingat diri
kembali kepada Al Quran. Membaca, menghayati dan mengamalkan Al Quran dalam
kehidupan sehari-hari.
World Quran Hour di Indonesia diinisiasi oleh Cordoba
Qur’an. Tahun ini, 1438 H World Quran Hour diadakan di Masjid Pusdai Bandung
dengan tema Nation Of Compassion.
Dari media sosial saya mendapatkan info World Quran Hour
terutama dari Whatsapp dan Instagram. Setelah mendapat izin suami, fix saya
memantapkan diri untuk berangkat berdua dengan Hafshah yang baru berusia 3
bulan. Yup. Ini bukan konsekuensi. Tapi ini adalah salah satu ikhitar kami
untuk mendapatkan ridhaNya bersama-sama. Belajar duduk manis di dalam majelis
ilmu. Membersamai mereka yang melangitkan keharuman jiwa-jiwa quran.
Kamis, 31 Agustus 2017 atau bertepatan dengan tanggal 9
Dzulhijah 1438 H. Diantar oleh suami di tengah kesibukan memenuhi kewajiban
kerja, saya dan Hafshah sampai di Masjid Pusdai. Pukul 08.00 WIB acara dimulai.
MasyaAllah ribuan jemaah memenuhi masjid, dari lantai 1 sampai lantai 2 bahkan
di pelataran, lorong maupun tangga masjid.
World Quran Hour. Diisi dengan rangkaian acara nan apik yang
disusun oleh panitia. Tadabbur dan Tazakkur, Solidarity in Recitation, Talaqi,
Call to Action, Doa.
Acara ini diisi pula oleh pihak dari ACT (Aksi Cepat
Tanggap) yang menyampaikan kondisi saudara-saudara muslim kita di negara
konflik seperti Rohingnya di Myanmar, Palestina dan Suriah. Berikut rangkuman
ilmu yang saya dapatkan:
Aksi Cepat Tanggap
Di Somalia ada kurang lebih 180 anak belajar Al Quran
menggunakan kayu. Bukan tidak ada Al Quran tapi ada yang sudah sobek, dsb.
Namun di Somalia banyak hafidz yang lahir dari sana. Rohingnya. Ketika akan
belajar Al Quran, mereka sangat kesulitan. Tantangan pertama Rohingnya, Al
quran tidak ada. Yang kedua, mereka sudah lama tidak mendapat pendidikan sehingga
untuk membaca saja mereka masih kesulitan. Di Palestina masyaAllah luar biasa.
Meski di beberapa tempat dan masjid Al Quran banyak yang hancur namun Quran
hidup di hati mereka sehingga anak-anak belajar dari orang tuanya yang
menghafal Al Quran. Di Suriah pun sama. Di sana lahir generasi-generasi Al Quran
yang luar biasa. Sedangkan di Indoesia sendiri, ada quran digital bahkan
sekarang banyak penerbit yang mencetak Al Quran disertai dengan metode khusus
seperti metode menghafal dan lain-lain. Lalu sejauh manakah interaksi kita
dengan quran sampai saat ini?
Ahlul Quran. Mereka adalah orang-orang pecinta Quran yang
hidup dengan Al Quran, sampai akhir hayatnya mereka adalah orang-orang pilihan Allah
subhanahu wa ta’ala. Bukti bahwa kita
menjadi ahlul Quran kita harus bisa merasakan Al Quran sebagai energi
kehidupan. Hidup yang terus bertahan dengan Al Quran tidak mudah menyerah
dengan godaan syaithan.
Al Quran adalah sumber energi kehidupan.
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan
ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al Hasyr 59:21)
Syarat mutlak agar Al Quran menjadi energi kehidupan adalah
ketika kita bersama Al Quran kita merasa takut kepada Allah dan khusyuk
mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Alhul Quran bertingkat-tingkat. Tingkatan
dasar adalah seluruh kaum muslimin yang beriman kepada Al Quran. Dan yang
paling tinggi adalah mereka yang terus berusaha mengisi hidupnya degan Al
Quran. Siapa yang jiwanya tidak stabil, saat hati kita gundah, saat kita stress
kita buka Al Quran jika kita yakin akan membuat kita semangat lagi. Wa la
tamutunna illa wa antum muslimun…
bertahanlah di jalan Allah.
Jangan sampai kita mengatakan “Dulu saya pernah hafal Al Quran, dulu saya sering membaca Al Quran, dulu saya sering membaca terjemah Al Quran.”Tapi mereka yang terus istiqomah, sekali jauh dengan Al Quran jiwanya akan protes. Hakikat menjauh dari Al Quran bukan menjauh dari mushaf-mushafnya tapi ia menjauh dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Beliau adalah salah satu orang yang membuat saya berdecak
kagum saat itu. Meski kondisi Ustadzah Mimin Aminah yang mengenakan kursi roda,
namun beliau menebarkan ilmu dan semangat quran yang luar biasa, masyaAllah.
“Kita semua punya hati tapi apakah hati kita punya iman? Allah menenangkan hati orang yang beriman untuk menambah iman lagi dengan iman yang lebih besar,” seru Ustadzah Mimin Aminah.
“Dialah yang
telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan
mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)…” (QS. Al Fath
48:4)
Khataman Al Quran
Pada pukul 09.00 WIB acaranya adalah membaca quran bersama. Diawali dengan pembacaan surat Al Fatihah secara serentak, kemudian membaca quran per halaman dari yang sudah ditentukan oleh panitia saat registrasi. Kemudian, selanjutnya membaca surat-surat pilihan.
QS. Al Baqarah ayat 1-5 (Ust. Evie Effendie)
QS. Al Hujurat ayat 6-10 (Ust Hanan)
QS. Al Kahfi ayat 1-10 (Ust. Ahmad Fauzi)
QS. Ar Rahman ayat 1-16 (Ust. Muzzamil)
QS. Ash Shaff ayat 1-5 (Ust. Ihsan)
QS. An Nashr (Ust. Mannan)
QS. Al Ilkhlas – Al Falaq – An Nas dan dilanjutkan Doa Khatam Quran (Ust. Ambya Abu Fathin)
Wagub Jabar - H. Deddy Mizwar
Usai membaca quran kemudian dilanjutkan dengan tausiyah dari Wakil Gubernur Jawa Barat. Dengan tema 'Jawa Barat
Cinta Al Quran'.
Pak Deddy Mizwar berpesan,"Kita harus kembali lagi berpegang teguh kepada Al Quran, mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah salallahu ‘alaihi wasalam agar senantiasa relevan untuk menjawab seluruh masalah yang dihadapi manusia.
Kita harus meningkatkan interaksi dengan Al Quran. Harus
tegak dengan Al Quran. Harus mengenal Al Quran. Harus mencintai Al Quran. Agar
kita mengetahui isi kandungan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam konteks hamblu minallah maupun hablu minannas.
Hadirkan Al Quran di dalam hati yang diwujudkan aktivitas
keseharian yang tidak lepas dari tilawah dan kajian Al Quran, baik di rumah,
lingkungan kerja, sekolah bahkan di tempat-tempat umum."
Oh iya, sebelum turun dari panggung, Wakil Gubernur Jawa Barat memberikan apresiasi kepada kepala SMP N 27
Bandung yang telah meliburkan seluruh siswanya untuk mengikuti kegiatan World
Quran Hour. Wah... keren ya!
Ust. Hilman Rosyad
Pertama kali saya bertemu Ustadz Hilman Rosyad saat kajian
bersama teman-teman MyQuran Bandung. Saat itu PJnya Mang Omeh di Hotel Holiday
Inn. Meski yang hadir saat itu hanya empat orang, Ustadz Hilman tak patah
semangat menyampaikan ilmunya. Dan raut semangat beliau terpancar pula di hari
Arafah saat acara World Quran Hour.

“Dzikir terbaik adalah tilawatil quran,” ucap Ustadz Hilman.
Khoirukum man ta’allamal quran wa 'allamah. “Sebaik-baik kalian adalah
yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Ust. Evie Effendie
Nah, bagian Ustadz Gapleh alias gaul tapi sholeh inilah yang
membuat saya cukup berpikir keras untuk menterjemahkan. Sundanese Language.
Hehehe. Yang saya garis bawahi tentang :
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS Al Furqon 25:30)
Fenomena sekarang, ada quran tapi tidak dibaca; baca quran
tapi tidak memahami; paham quran tapi tidak mengamalkan; mengamalkan tapi tidak
ikhlas.
Setelah Ustadz Evie selesai menyampaikan tausiyah, berakhirlah seluruh
rangkaian acara pada hari itu. Alhamdulillah, ini merupakan pengalaman yang lebih mengesankan lagi buat Hafshah ikut berkumpul dalam majelis ilmu. Sekaligus penyengat semangat buat saya pribadi yang kendor dalam membersamai quran. Semoga catatan kecil ini bermanfaat, bagi sahabat-sahabat yang turut hadir silakan barangkali ada koreksi atau tambahan.


Subhanallah ya aura acaranya :)
BalasHapusbagian ini bikin menohok : " ada quran tapi tidak dibaca; baca quran tapi tidak memahami; paham quran tapi tidak mengamalkan; mengamalkan tapi tidak ikhlas "
BalasHapusterimakasih sudah berbagi ceritanya teh, saya kebetulan gak bisa hadir di acara itu :(
Acara seperti ini seharusnya banyak diadakan ya, sebagai pengingat kita semua, makasih sharingnya teh
BalasHapusSami-sami, Teh
Hapuspasti kerasa banget yaa atmosfer sejuknya mak..
BalasHapus